Kamis, 28 Februari 2013

TANPA JUDUl


Oleh karisma
Jika kamu berbuat baik pada orang lain, segera lupakan. Agar sesalu ada keinginan/alasan untuk terus-terusan berbuat baik. 
Sebaliknya, jika anda melakukan kesalahan pada orang lain, jangan langsung di lupakan, tapi di ingat, eits.. ingatnya, ingat apa dulu?.. ntar malah jadi beban di pikiran, tujuan mengingat hanya sekedar untuk tidak mengulangi kesalahan yang ke dua kalinya. Tentunya sebelum itu sudah minta maaf terlebih dahulu. :D
Usahakan setiap hari kita selalu absen dalam berbuat baik, jangan Alpha, wkwk..,
Tidak ada pilihan lain selain menjadi orang baik, jika kita melakukan kesalahan pasti akan ada hukuman, tujuannya agar kita tidak melakukan kesalahan lagi. Hukuman itu bentuk perwujudan dari rasa sayang.
Jika ada di antara kita yang mendapat hukuman dan setelah itu berhenti melakukan kesalahan, itu namanya kembali menjadi orang baik.  “TIDAK ADA PILIHAN LAIN SELAIN MENJADI ORANG BAIK”. J
Jika ada orang yang ngelakuin kesalahan, bukan berarti kita ikut-ikutan ngelakuin kesalahan juga, ya kan? Saya perhatikan banyak orang yang ikut-ikutan ngelakuin kesalahan jika orang lain berbuat salah. #bingung yah..-_-
Lanjut..
Saya ambil contoh yang sederhana dech biar cepat paham..
“jika anda mendengar ada orang yang gak suka sama anda alias benci apa yg anda lakukan, tidak lain dan tidak bukan anda pasti ikutan jengkel. Jika anda ikutan jengkel or benci sama orang tersebut berarti anda sama aja seperti org tersebut. Seharusnya anda malah lebih memperbaiki sikap dan lebih ramah/baik lagi sama dia, ntar hati orang itu juga luluh/meleleh seperti lilin” :D
Jika ada orang ngolokin anda, pasti balas ngolok, jika ada orang marah pada anda, pasti balas marah. Itu artinya dengan orang lain berbuat kesalahan anda juga ikut ngelakuin kesalahan (saling transfer kesalahan). Itu artinya sama-sama rugi. Kasiaann..:(
#penjabaran yang di atas itu menurut pandangan saya loh ya.. dan Ini semua bukan berarti saya sudah menjadi orang baik #  tapi setidaknya saya punya cita-cita menjadi orang baik..hehe..

Semoga bermanfaat.

“Saat diri terikat oleh aturan


Dibuat :  karisma sendiri

Aturan.. apasih itu aturan? Kasih tahu enggak yach.. yadah kasih tahu aja deh..hehe
Aturan itu menurut saya suatu ketetapan yang telah di tentukan yang memiliki konsekuensi, tujuan aturan di buat agar semua menjadi baik dan harapan dari aturan itu sendiri yaitu tidak di langgar.
Sebagaimana aturan di sekolah di antaranya menggunakan seragam sekolah, sepatu, dasi,  datang tepat waktu, mengikuti pelajaran sampai selesai dan lain sebagainya.  Yang sudah pernah sekolah saya yakin paham dengan apa yang saya maksud.
Apabila semua aturan di atas tidak di indahkan oleh setiap murid, maka bisa di pastikan murid tersebut bakal kena hukuman, di pulangkan kerumah kembali atau bahkan di keluarkan.
_ _ _                                                       
Bagaimana dengan aturan yang di buat oleh Allah, adakah alasan yang syar’i untuk kita tidak patuh? Saya rasa tidak ada.  Mengapa…? Karna Allah yang punya segalanya (alam semesta dan seisinya). Sekarang saya tanya anda punya apa? Begitu juga dengan saya, saya punya apa?  Sadar.. kita enggak punya apa-apa, karna semua yang kita punya berasal dari Allah SWT. Wahai saudaraku.. ketahuilah apabila aturan Allah kita ikutin, maka kebaikan yang akan kita peroleh, Insya Allah.
wahai saudaraku, saya pernah mendengar perkataan dari yang namanya manusia, perkataannya itu berisi “suka-suka saya donk.. inikan mulut saya, suka-suka saya donk.. inikan rambut saya, suka-suka saya donk.. inikan tangan saya, suka-suka saya donk.. inikan mata saya..dsb”. tidak sadarkah mereka dari apa yang mereka ucapkan?, tidak sadarkah mereka bahwa apa yang mereka perbuat akan di mintai pertanggung jawaban di hadapan Allah?, dan tidak sadarkah mereka bahwa orang tua mereka sendiri adalah milik Allah..
tantangan untuk anda semua.. bisakah anda merubah suatu ketetapan, saya ambil contoh kecil saja, apabila kita makan/minum pasti lewat mulut, coba pang anda ganti makan/minum lewat hidung.. pasti nggak bisa :D. dan coba berjalan dengan menggunakan kepala, lebih-lebih nggak bisa, bukan? Tadi katanya suka-suka saya inikan mulut, rambut, tangan, mata saya, wkwk..kalau gitu coba praktekin tantangan saya, hehe :D.
semua aturan Allah pasti tujuannya baik untuk diri kita sendiri, tetapi kebanyakan manusia tidak berfikir taunya cuman mau senang-senang, kesenangan yang kekal itu cuman di surga kawan.
jika dalam menjalani hidup kita merasa ada aturan-aturan Allah, maka kita akan menjadi orang yang lebih berhati-hati dalam menjalani kehidupan. agar terhindar dari perbuatan maksiat, seperti berzinah, mencuri, durhaka sama orang tua, dsb,, karna telah kita ketahui Allah melarang kita untuk melakukan perbuatan maksiat tersebut.
Konsekuensinya, melanggar dapat dosa, nurut dapat pahala. Simple bukan? Hehe.. tapi sulitnya luar biasa. Kenapa masih banyak orang yang melanggar ketetapan Allah?, hedeh,, karna kurang paham kali yach.. atau karna enggak di rasain langsung akibatnya.. kalau misalnya di antara kita ada yang melanggar aturan Allah dan Allah langsung memberi azab atau siksaan, bisa di pastikan kita bakal takut untuk mengulangi kesalahan dua kali. Tetapi ketetapan Allah tidak seperti itu, karena Allah memiliki sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Dan tidak sedikit kemungkinan akan ada manusia yang bertaubat setelah melakukan kesalahan, sungguh Allah yang lebih tahu apa yang akan terjadi pada tiap individu dari diri kita masing-masing.

“Anjuran Memikirkan”



Oleh karisma
Saya ingin sedikit membuka pemikiran anda..dimana apabila anda mengaplikasikan semuanya dalam hidup anda, insya Allah anda akan beruntung..hehe..[saya akan mengambil contoh dari guru karna saya masih seorang pelajar].
Guru [ada guru metik, pkn, agama dan seterusnya..] mereka semua berjasa buat kita, mau tidak mau ucapan yang pantas hanya itu. Saat guru memberi tugas pasti berusaha buat ngerjain, sesulit apapun itu (walaupun ngerjainnya dengan sedikit nengok kanan, kiri, depan, belakang, samping. :D).tapi setidaknya kita dah usaha buat ngerjain dengan harapan klo ditanya ya jawab “SUDAH”.
Apa tujuan anda melakukan itu..? #pikir
Ingin dapat nilai bagus?  Biar guru senang?  Biar naik kelas?  biar lulus? .. ckckckck..Subhanallah.. ternyata pengorbanan kita begitu indah .
_ _ _
Itu yang merintah masih makhluk Allah loh..gimana klo yang merintah Allah sendiri..adakah alasan untuk kita menolak.. TIDAK! Itulah jawabannya. Sedikit alasanpun tidak pantas untuk kita lontarkana.. karna hanya Allah tempat kita memohon segala macam jenis permohonan..
Tapi, kenapa masih banyak manusia yang ingkar? Yang pura-pura cuek bahkan cuek beneran..hm.. menyebalkan..
Kenapa sih? Kenapa..? bukankah Allah yang menciptakan orang tua, guru, dan semuanya yang ada di alam semesta ini baik yang kelihatan maupun yang gak terlihat. Patutkah untuk kita membangkang “SUNGGUH TERLALU”. Bukankah kita semua bakal kembali pada Allah, mau tidak mau itu sudah hal yang PASTI. Dan setiap jiwa akan mempertanggung  jawabkan semua apa yang tlah di kerjakan. Tangan, mata, telinga, kaki, lisannya.. dan anggota tubuh yang lainnya.. semua akan dimintai pertanggung jawaban.
Sesungguhnya.. kita mau beribadah atau gak.. semua itu gak akan mengurangi atau menambah kekuasaan Allah..karna Allah maha kuasa yang tidak memiliki batas. Semua yang kita lakukan akan kembali pada setiap individu yang melakukan, jika baik.. akan baik pula dampaknya, jika buruk ya.. dampaknya buruk juga. Allah tidak pernah mendzolimi manusia, tapi manusialah yang mendzolimi diri mereka sendiri.
Tapi yang perlu di ingat, Allah maha penerima Taubat.
Kesimpulah : perintah kerjakan, larangan tinggalkan.. berusaha memperbaiki diri setiap harinya..jadilah orang yang dapat mendatangkan manfaat untuk orang lain, jangan sampai orang menganggap ada anda atau gak tidak membawa pengaruh bagi mereka semua, hormati orang tua anda, doakan yang terbaik untuk mereka.
Semoga bermanfaat .

Rabu, 20 Februari 2013

Amr Ibnul Jamuh ra. - Kesungguhan Dia Merebut Syurga



"Dengan cacat pincangku ini, aku bertekad merebut surga...!"
Ia adalah ipar dari Abdullah bin Amr bin Haram, karena menjadi suami dari saudara perempuan Hindun binti Amar; Ibnul Jamuh adalah seorang tokoh penduduk Madinah dan seorang pemimpin Bani Salamah...
Ia didahului masuk Islam oleh putranya Mu'adz bin Amr yang termasuk kelompok 70 peserta bai'at 'Aqabah. Bersama shahabatnya Mu'adz bin Jabal, Mu'adz bin Amr ini menyebarkan Agama Islam di kalangan penduduk Madinah dengan keberanian yang luar biasa.
Kebiasaan orang-orang bangawan di madinah, menyediakan di rumah masing~masing duplikat berhala besar yang terdapat di tempat-tempat pemujaan umum yang dikunjungi oleh orang banyak sesuai dengan kedudukannya sebagai seorang bangsawan dan pemimpin Amru bin Jamuh juga mendirikan berhala di rumahnya yang dinamakan Manaf.
Putranya, Mu'adz bin Amr bersama temannya Mu'adz bin Jabal telah bermufakat akan menjadikan berhala di rumah bapaknya itu sebagai barang permainan dan penghinaan. Di waktu malam mereka menyelinap ke dalam rumah, lain mengambil berhala itu dan membuangnya ke dalam lubang yang biasa digunakan manusia untuk membuang hajatnya.
Pagi harinya Amr tidak melihat Manaf berada di tempatnya yang biasa, maka dicarinyalah berhala itu dan akhirnya ditemukannya di tempat pembuangan hajat. amr sangat marah, lalu bentaknya: "Keparat siapa yang telah melakukan perbuatan durhaka terhadap tuhan-tuhan kita malam tadi...?" Kemudian dicuci dan dibersihkannya berhala itu dan diberinya wangi-wangian.
Setiap hari mereka memperlakukan berhala itu seperti malam sebelumnya dan seterusnya.dan akhirnya setelah merasa bosan Amar mengambil pedangnya lalu menaruhnya di leher Manaf, sambil berkata: ''Jika kamu betul-betul dapat memberikan kebaikan, berusahalah untuk mempertahankan dirimu ... !''

Tahukah Kamu, Di Manakah Allah?

At Tauhid edisi IV/48
Oleh: Yulian Purnama
Ada sebuah pertanyaan penting yang cukup mendasar bagi setiap kaum muslimin yang telah mengakui dirinya sebagai seorang muslim. Setiap muslim selayaknya bisa memberikan jawaban dengan jelas dan tegas atas pertanyaan ini, karena bahkan seorang budak wanita yang bukan berasal dari kalangan orang terpelajar pun bisa menjawabnya. Bahkan pertanyaan ini dijadikan oleh Rasulullah sebagai tolak ukur keimanan seseorang. Pertanyaan tersebut adalah “Dimana Allah?”.
Jika selama ini kita mengaku muslim, jika selama ini kita yakin bahwa Allah satu-satunya yang berhak disembah, jika selama ini kita merasa sudah beribadah kepada Allah, maka sungguh mengherankan bukan jika kita tidak memiliki pengetahuan tentang dimanakah dzat yang kita sembah dan kita ibadahi selama ini. Atau dengan kata lain, ternyata kita belum mengenal Allah dengan baik, belum benar-benar mencintai Allah dan jika demikian bisa jadi selama ini kita juga belum menyembah Allah dengan benar. Sebagaimana perkataan seorang ulama besar Saudi Arabia, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin: “Seseorang tidak dapat beribadah kepada Allah secara sempurna dan dengan keyakinan yang benar sebelum mengetahui nama dan sifat Allah Ta’ala” (Muqoddimah Qowa’idul Mutsla).
Sebagian orang juga mengalami kebingungan atas pertanyaan ini. Ketika ditanya “dimanakah Allah?” ada yang menjawab ‘Allah ada dimana-mana’, ada juga yang menjawab ‘Allah ada di hati kita semua’, ada juga yang menjawab dengan marah sambil berkata ‘Jangan tanya Allah dimana, karena Allah tidak berada dimana-mana’. Semua ini, tidak ragu lagi, disebabkan kurangnya perhatian kaum muslimin terhadap ilmu agama, terhadap ayat-ayat Allah dan hadits-hadits Rasulullah yang telah jelas secara gamblang menjelaskan jawaban atas pertanyaan ini, bak mentari di siang hari.

Senin, 04 Februari 2013

Nikmat Allah Sukurilah dan Ujiannya Sabarilah


(ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Usamah bin Rawiyah An-Nawawi)
Demikian banyak nikmat Allah l. Tidak ada satupun manusia yang bisa menghitungnya, meski menggunakan alat secanggih apapun. Pernahkah kita berpikir, untuk apa Allah l memberikan demikian banyak nikmat kepada para hamba-Nya? Untuk sekedar menghabiskan nikmat-nikmat tersebut atau ada tujuan lain?
Luasnya Pemberian Allah l
Sungguh betapa besar dan banyak nikmat yang telah dikaruniakan Allah l kepada kita. Setiap hari silih berganti kita merasakan satu nikmat kemudian beralih kepada nikmat yang lain. Di mana kita terkadang tidak membayangkan sebelumnya akan terjadi dan mendapatkannya. Sangat besar dan banyak karena tidak bisa untuk dibatasi atau dihitung dengan alat secanggih apapun di masa kini.
Semua ini tentunya mengundang kita untuk menyimpulkan betapa besar karunia dan kasih sayang Allah l kepada hamba-hamba-Nya. Dalam realita kehidupan, kita menemukan keadaan yang memprihatinkan. Yaitu mayoritas manusia dalam keingkaran dan kekufuran kepada Pemberi Nikmat. Puncaknya adalah menyamakan pemberi nikmat dengan makhluk, yang keadaan makhluk itu sendiri sangat butuh kepada Allah l. Tentu hal ini termasuk dari kedzaliman di atas kedzaliman sebagaimana dijelaskan oleh Allah l di dalam firman-Nya:

Jaga Lidah Apabila Berbicara


INDIVIDU berkualiti dapat dinilai daripada kemampuannya menjaga lisan iaitu lidahnya. Mereka yang beriman pasti akan menjaga tutur bicaranya daripada mengeluarkan perkataan buruk.Dalam hal ini, Rasulullah pernah bersabda yang bermaksud:
“Siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia berkata baik atau diam” (Hadis riwayat Bukhari & Muslim)
Baginda adalah contoh manusia yang sangat menjaga tutur katanya. Rasulullah akan berbicara atau berkhutbah di hadapan orang ramai secara berakhlak dan baginda juga adalah individu yang sangat jarang berbicara.
Namun, sekali berbicara, isi bicaranya pasti ada kebenarannya. Nilai ucapannya sangat tinggi seolah-olah mutiara yang indah dan bermutu. Ucapan baginda menembus hati, menggugah kesedaran, membekas ke jiwa serta dapat mengubah perilaku orang dengan izin Allah. Atas sebab itu, Rasulullah digelar ‘Al-Amin’ kerana sejak kecilnya lagi tidak pernah berdusta. Justeru, jika kita ingin tahu kualiti seseorang itu, lihat saja apa yang sering dikeluarkan daripada mulutnya.
Manusia dapat dikategorikan kualitinya kepada empat berdasarkan kualiti tutur bicaranya. Pertama, orang yang berkualiti tinggi. Jika mereka berbicara, isinya sarat dengan hikmah, idea, gagasan, ilmu, zikir dan penyelesaian. Orang seperti ini bicaranya bermanfaat pada dirinya sendiri dan juga bagi orang lain yang mendengarnya. Malah, apabila diajak berbual pastinya ada manfaat ilmu. Bicara mereka bermotivasi dan berpandangan positif dalam setiap perkara yang diutarakan.
Kedua, orang yang biasa-biasa saja. Ciri orang seperti ini adalah mereka sibuk menceritakan peristiwa contohnya melihat kemalangan jalan raya atau rompakan, dia juga pasti akan menceritakannya seolah-olah diri mereka berada di tempat itu.
Jika melalui semua bicara itu orang lain dapat mengambil hikmah maka tidak rugi, tapi jika sekadar memenatkan mulut sendiri tanpa manfaat tentu ia sia-sia.

CINTA DAN BENCI KARENA ALLAH


CINTA DAN BENCI KARENA ALLAH


Cinta dan benci karena Allah. Dengan kecintaan semacam itulah seorang hamba akan bisa meraih manisnya iman. Setiap mukmin tentu mencintai Allah. Karena Allah lah yang paling berjasa kepada umat manusia dan alam semesta seluruhnya. Konsekuensi dari kecintaannya kepada Allah adalah dia akan mencintai apa yang Allah cintai dan membenci apa yang Allah benci. Maka, dia akan mencintai keimanan, ketaatan, dan sunnah. Sebagaimana dia akan membenci kekafiran, kemaksiatan, dan bid’ah.
Oleh sebab itu orang yang beriman (bertauhid) akan mencintai orang beriman yang lain. Dan sosok yang paling layak dia cintai adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sesudah itu, adalah para Sahabat radhiyallahu’anhum; sebab merekalah yang mengantarkan kepada kita risalah Islam ini dalam keadaan terang-benderang sebagaimana diajarkan oleh Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Konsekuensi Keimanan
Wajib bagi orang beriman untuk mencintai tauhid dan membenci syirik. Mencintai ahli tauhid dan membenci ahli syirik. Inilah ajaran para nabi dan rasul kepada umatnya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh telah ada teladan yang baik untuk kalian pada diri Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya, yaitu ketika mereka berkata kepada kaumnya; Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari segala yang kalian sembah selain Allah. Kami mengingkari kalian, dan telah jelas antara kami dengan kalian permusuhan dan kebencian untuk selama-lamanya, sampai kalian mau beriman kepada Allah saja…”(QS. al-Mumtahanah: 4).